Sikap Kerja
Manusia di muka bumi ini untuk dapat makan harus bekerja, sikap tubuh saat melakukan setiap pekerjaan dapat menentukan atau berpengaruh terhadap keberhasilan suatu pekerjaan. Mungkin kita beranggapan keberhasilan pekerjaan hanya dinilai dari produktivitas, di sisi lain melupakan tingkat kelelahan atau risiko lainnya pasca melakukan pekerjaan agar siap untuk pekerjaan berikutnya. Sikap kerja yang ideal yang harus dimiliki oleh setiap pekerja diantaranya :
a. Kerja otot statis sedikit
b. Dalam melakukan tugas dengan memakai tangan, mudah dan alamiah
c. Muskuler effort kecil dapat dipertahankan
d. Sikap kerja berubah/dinamis lebih baik dari pada sikap statis tegang
Kepuasan Kerja
Pengertian kepuasan kerja adalah ketika suatu perilaku dari setiap individu atau pekerja puas akan pekerjaan yang ia kerjakan. Dan dari usaha kerjanya itu ternyata menghasilkan sebuah prestasi yang membanggakan dirinya maupun perusahaan dimana ia bekerja. Oleh karena itu ia memiliki perasaan puas atas usaha dan prestasi yang ia kerjakan.
Kepuasan kerja dalam teori motivasi Maslow menempati peringkat yang tinggi. Sebab ia berkaitan dengan tujuan manusia untuk merealisasikan dan mengaktualisasikan potensi dirinya dalam pekerjaan. Namun motivasi ini kadang terbendung oleh berbagai ragam kerutinan, hambatan lingkungan kerja yang kurang seimbang, atau situasi dan perangkat kerja yang secara ergonomis tidak mendukung peningkatan produktivitas kerja. Stres yang dialami karyawan dan kepuasan kerja yang didambakan seolah merupakan dua kondisi yang bukan saja berkaitan, tetapi sekaligus antagonistis. Karyawan dan perusahaan merupakan dua hal yang tidak bisa dipisahkan. Karyawan memegang peran utama dalam menjalankan roda kehidupan perusahaan. Apabila karyawan memiliki produktivitas dan motivasi kerja yang tinggi, maka laju roda pun akan berjalan kencang, yang akhirnya akan menghasilkan kinerja dan pencapaian yang baik bagi perusahaan. Di sisi lain, bagaimana mungkin roda perusahaan berjalan baik, kalau karyawannya bekerja tidak produktif, artinya karyawan tidak memiliki semangat kerja yang tinggi, tidak ulet dalam bekerja dan memiliki moril yang rendah. Banyak perusahaan berkeyakinan bahwa pendapatan, gaji atau salary merupakan faktor utama yang mempengaruhi kepuasan karyawan. Sehingga ketika perusahaan merasa sudah memberikan gaji yang cukup, ia merasa bahwa karyawannya sudah puas. Sebenarnya kepuasan kerja karyawan tidak mutlak dipengaruhi oleh gaji semata. Banyak faktor yang mempengaruhi kepuasan kerja karyawan, diantaranya adalah kesesuaian pekerjaan, kebijakan organisasi termasuk kesempatan untuk berkembang, lingkungan kerja dan perilaku atasan. Untuk lebih meyakini bahwa kesempatan berkembang merupakan faktor utama bagi kepuasan kerja karyawan, kita dapat membandingkan tingkat kepuasan karyawan baru dan karyawan lama di perusahaan. Karyawan baru cenderung mempunyai tingkat kepuasan lebih tinggi dibandingkan karyawan yang masa kerjanya lebih lama. Hal ini dikarenakan, biasanya karyawan baru mendapatkan perhatian lebih dari Manajemen, terutama dari atasannya langsung. Perhatian lebih ini dikarenakan sebagai karyawan baru, tentu pihak manajemen akan menjelaskan tanggung jawab dan tugas mereka. Sehingga terjalin komunikasi antara atasan dan bawahan. Hal ini membuat mereka merasa diperhatikan dan bersemangat untuk bekerja. Bahkan tidak sedikit karyawan baru yang mendapatkan beberapa training untuk menunjang tugasnya di awal masa kerja. Sementara itu, karyawan lama yang sudah bekerja dalam kurun waktu tertentu, akan merasakan kejenuhan. Mereka menginginkan adanya perubahan dan tantangan baru dalam pekerjaannya. Tantangan ini mencakup baik dari sisi besarnya tanggung jawab atau mungkin jenis pekerjaan. Ketika perusahaan tidak memberikan kesempatan kepada mereka untuk berkembang, hal ini akan membuat mereka demotivasi, malas bekerja dan produktivitasnya turun. Apabila perasaan ini dirasakan oleh sebagian besar karyawan lama, bisa dibayangkan betapa rendahnya tingkat produktivitas perusahaan secara keseluruhan dan bila dibiarkan perusahaan akan merugi.
Contoh Sikap Kerja Yang Berhubungan Dengan Kepuasan Kerja
Jongos menjadi Boss
Basuki dulu adalah pelayan sebuah mess perusahaan USA yang besar.
Pekerjaannya cuci piring dan ngepel lantai. Ia mengerjakannya
dengan sepenuh hati. Karena prestasinya seorang yang dilayaninya
tertarik dan ia dipindah ke bagian lain. Sempat menjadi staff saya
jadi tukang material; bersama saya memikul pipa, elbow, flange,
dll. Basuki memiliki sikap kerja yang patut diacungi jempol.
Motivasinya tinggi. Sekarang ia sudah Manajer ! Jabatan yang tinggi
bagi mantan tukang cuci WC. Dengan keterbatasan abilitynya, ia
mampu membaca spesifikasi2 teknik yang harusnya bacaan tukang
insinyur. Dengan susah payah ia membaca gambar2 teknik. Ia bisa !
Ia tahu spesifikasi American Petroleum Institutes. Ia paham ASTM.
Ingat, 20-25 tahun yang lalu, ia tukang cuci piring. Ini bukan kisah
fiktif. Ini nyata, jika anda ingin ketemu orangnya ada.
Hadi dulu adalah pembokat atau abdi keluarga saya, ketika saya masih
ABG. Tetapi Hadi tidak punya mental batór. Jika tugas sudah selesai,
ia belajar membatik. Jika ditugasi belanja bahan2 batik, ia sangat
bersemangat. Ia menyimak ilmu perbatikan dengan gairah. Ibu saya
sering menegur anak-anak nya karena kesantunan Jawa kami kalah
dibandingkan dengan sopan santun Hadi. Kata ibu saya, Hadi bukan
batór tetapi benðoro (ningrat) yang sedang mengabdi jadi batór. Ia
menyimak sikap swargi ayah saya dan kawan-kawan ayah saya yang juragan2
batik. Ia menyontek. Sekarang ia bukan lagi batór. Hadi telah
menjadi juragan. Ia telah keliling Eropa dan USA untuk
mendemonstrasikan keahliannya melukis batik. Ia punya show róm, punya bengkel, karyawan, dan expor. Ia sekarang juragan. Ia punya keahlian melukis dengan batik, sikapnya bagus, dan motivasi untuk menjadi juragan.
Mas Noto adalah óm saya. Ia mengawali karirnya sebagai sopir pribadi
direktur pabrik cerutu di suatu kota. Ia tidak membatasi diri hanya
sebagai sopir. Ia membantu bossnya yang orang Belanda mengumpulkan
tembakau. Ia menyimak sikap bossnya. Ia ikut2an belajar ilmu
permbakoan dan ia menguasai ilmu meramu Serutu. Ia tidak berhenti
sampai disitu, ia belajar manajemen sedikit demi sedikit dan akirnya
diangkat menjadi direksi Perusahaan Cerutu. Diberi rumah dinas
besarnya sak hoh hah di daerah elite. Bandingkan dengan sopir saya,
sudah 17 tahun ia ikut saya dan tetep saja ia jadi Sopir.
Contoh-contoh diatas adalah pribadi2 yang mengerjakan pekerjaan2 ora
kajèn. Dari tukang cuci piring, batór dan sopir. Mereka tidak
pedulikan keadaan itu. Mereka mengerjakan tugas2nya lebih dari yang
diminta. Walau mereka mengawali dari tingkat sangat yang sangat
rendah, mereka tidak pernah merasa asor (rendah diri). Ke-tiga2nya
waktu itu mungkin statusnya adalah setara dengan `batór' tetapi
sikapnya bukan sikap jongos. Walau pekerjaannya asor mrk
mengerjakannya dengan sepenuh jiwa.
Bahasa Inggris mereka mbur adul tetapi mereka bicara dengan mantap
seolah TOEFLnya lebih dari 600. Walau mereka bukan dungu tetapi
mereka tidak secerdas anda. Mereka mengembangkan kecakapan lain.
Hadi pandai melukis batik. Mas Noto adalah pakar srutu atau
permbakoan. Basuki mengembangkan photographic memory. Ia mampu
menghafal detil2.
Tiga contoh diatas adalah kisah sukses. Bukan yang gemebyar seperti
kisah Bill Gate atau anak desa Kemusu yang jadi Presiden. Tetapi
dari tukang pel ke Superintenden perusahaan raksasa dari USA adalah
kisah sukses. Dari batór jadi juragan yang tiap bulan menggaji
berapa puluh tukang. Dari mantan Sopir yang kini berunding dengan
orang2 dari mancanegara yang mau mengipor mbako made in RI.
Mereka memiliki ketiga faktor internal, ability, attitude, dan
motivasi. Kita harus punya ke-tiga2nya. Kita harus mengembangkan
ability sendiri, di jalanan, bukan dikampus. Ability ini bisa
menjadi zimat. Kita harus menyimak dengan saksama, bagaimana harus
bersikap. Kita senantiasa mengggengam motivasi tinggi. Dengan
prestasi tinggi kita tidak hanya anti PHK tetapi dipuncak kita juga
melihat pemandangan yang lebih indah.